Sabtu, 17 April 2010

Teori Kepemimpinan

Teori kepemimpinan ini sangat berkaitan dengan efektivitas suatu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan menjalankan fungsi – fungsi manajerialnya. Dewasa ini dikenal berbagai teori kepemimpinan yang akan dikemukakan beberapa teori sebagai berikut:

1. Teori Berdasarkan Ciri – Ciri
Salah satu teori kepemimpinan yang sudah lama dianut di kalangan pakar dan tokoh organisasi ialah teori kepemimpinan berdasarkan ciri – ciri yang seyogyanya dimiliki setiap orang yang menduduki jabatan kepemimpinan. Ciri –ciri tersebut antara lain:
• Pengetahuan yang luas.
• Kemampuan bertumbuh dan berkembang
• Sifat yang inkuisitif
• Kemampuan analitik
• Daya ingat yang kuat
• Kapasitas integrative
• Keterampilan berkomunikasi secara efektif
• Keterampilan mendidik
• Rasionalitas
• Obyektivitas
• Pragmatisme
• Kemampuan menentukan skala prioritas
• Kemampuan membedakan yang urgen dan yang penting
• Rasa tepat waktu
• Rasa kohensi yang tinggi
• Naluri relevansi
• Keteladanan
• Kesediaan menjadi pendengar yang baik
• Adaptabilitas
• Fleksibilitas
• Ketegasan
• Orientasi masa depan
• Sikap yang antisipatif




Ada dua sifat atau ciri utama yang perlu dimiliki oleh pemimpin menurut Chester I Barnard – The function of the executive
a. sifat – sifat pribadi yang meliputi : fisik, kecakapan (skill), teknologi, daya tanggap (perception), pengetahuan (knowledge), daya ingat (memory), imajinasi (imagination).
b. sifat – sifat pribadi yang mempunyai watak yang lebih subjektif, yaitu keunggulan seorang pemimpin di dalam :
keyakinan (determination)
ketekunan (persistence)
daya tahan (endurance)
keberanian (courage)

2. Teori Ketergantungan pada keadaan
Teori ini dikenal dengan nama teori Contingency. Inti pemikiran yang terkandung dalam teori ini ialah bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dalam suatu organisasi sangat tergantung pada kemampuan menyesuaikan gaya kepemimpinan yang menjadi karakteristik utamanya dengan tuntutan pelaksanaan tugas yang harus terselenggara dalam organisasi.

3. Teori Jalan Tujuan
Setiap pemimpin menyadari bahwa salah satu alasan para bawahannya menggabungkan diri dengan organisasi ialah agar berbagai tujuan pribadinya tercapai, artinya dengan mengarahkan waktu, tenaga dan pengetahuan atau keterampilannya ia akan memperoleh imbalan tertentu yang memungkinkan untuk memuaskan kebutuhan – kebutuhannya. Menurut teori ini para bawahan tidak selalu mampu mengidentifikasikan berbagai kebutuhan secara tepat, karena itu setiap pemimpin harus mampu untuk menunjukkan jalan yang tepat untuk mengantisipasinya kepada bawahan.



4. Teori Keperilakuan
Ditinjau dari sudut ini, dua dimensi yang menonjol dalam persepsi seorang manager ialah :
• Prakarsanya dalam menentukan struktur tugas harus dilaksanakn para bawahannya.
• Tingkat perhatian yang diberikan kepada bawahannya dengan berbagai tujuan, harapan, cita – cita, keinginan, kepentingan, dan kebutuhannya.

5. Teori Situasional
Dalam teori ini, kepemimpinan bergantung pada situasi tugas (kompleksitas, jenis, teknologi) serta gaya norma kelompok, rentang kendali, ancaman, tekanan, dan budaya organisasi.
Kepemimpinan situasional

6. Teori Pimpinan – Partisipasi
Teori ini berkisar pada pandangan bahwa analisa terakhir efektivitas seorang manajer sangat tergantung pada tingkat kemampuannya untuk mengikutsertakan para bawahannya dalam seluruh proses manajemen, terutama dalam proses pengambilan keputusan.

7. Teori Penerimaan
Teori ini dikenal dengan istilah Acceptance Theory, yang intinya terletak pada pendapat yang mengatakan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tercermin dari pengakuan dan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan.

Tipologi Kepemimpinan
Banyak gaya yang dewasa ini digunakan untuk mengidentifikasikan tipe – tipe pemimpin. Salah satu tipologi yang umum dikenal ialah yang menyatakan bahwa para pejabat pimpinan pada dasarnya di kategorikan lima tipe, yaitu :

1.Tipe Otokratik
Dalam hal ini pengambilan keputusan seorang manajer yang otokratik akan bertindak sendiri dan memberitahukan kepada bawahannya bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan para bawahannya itu hanya berperan sebagai pelaksana karena mereka tidak dilibatkan sama sekali dalam proses pengambilan keputusan. Dalam memelihara hubungan dengan para bawahannya, manajer yang otokratik biasanya menggunakan pendekatan formal berdasarkan kedudukan dan statusnya. Seorang pemimpin yang bergaya otokratik biasanya berorientasi pada kekuasaan, bukan berorientasi relasional. Dapat disimpulkan bahwa gaya otokratik buka yang didambakan oleh para bawahan dalam mengelola suatu organisasi karena unsur manusia sering diabaikan.

2. Tipe Paternalistik
Seorang pimpinan yang paternalistic dalam menjalankan organisasi menunjukkan kecenderungan – kecenderungan sebagai berikut:
Dalam hal pengambilan keputusan kecenderungannya ialah menggunakan cara mengambila keputusan sendiri, kemudianmenjual kepada para bawahannya tanpa melibatkan para bawahan dalam pengambilan keputusan.
Hubungan dengan bawahan lebih banyak bersifat bapak dan anak.
Dalam menjalankan fungsi – fungsi kepemimpinannya, pada umumnya bertindak atas dasar pemikiran keutuhan fisik para bawahannya sudah terpenuhi. Apabila sudah terpenuhi maka para bawahan akan mencurahkan perhatian pada pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Orientasi kepemimpinan dengan gaya paternalistic ditujukan pada dua hal, yaitu penyelesaian tugas dan terpeliharanya hubungan baik dengan para bawahannya sebagaimana seorang bapak akan selalu berusaha memelihara hubungan yang serasi denga anak –anaknya.



3. Tipe Kharismatik
Pemahaman yang lebih mendalam tentang kepemimpinan yang bersifat kharismatik menunjukkan bahwa sepanjang persepsi yang dimilikinya tentang keseimbangan antar pelaksanaan tugas dan pemeliharaan hubungan dengan para nawahan seorang pemimpin kharismatik nampaknya memberikan penekanan pada dua hal tersebut, artinya ia berusaha agar tugas – tugas terselenggara denga sebaik – baiknya dan sekaligus memberikan kesan bahwa pemeliharaan hubungan dengan para bawahan didasarkan pada relasional dan bukan orientasi kekuasaan.

4. Tipe Laissez Faire
Persepsi pimpinan yang laissez faire tentang pentingnya pemeliharaan keseimbangan antara orientasi pelaksanaan tugas dan orientasi pemeliharaan hubungan sering terlihat bahwa aksentuasi diberikan pada hubungan ketimbang pada penyelesaian tugas. Titik tolak pemikiran yang digunakan ialah bahwa jika dalam organisasi terdapat hubungan yang intim antara seorang pemimpin denga para bawahan, dengan sendirinya para bawahan itu akan terdorong kuat untuk menyelesaikan tugas – tugas yang diberikan kepadanya secara bertanggung jawab. Masalahnya terletak pada persepsi pimpinan yang didasarkan pada asumsi – asumsi tertentu yang tidak sesuai dengan sifat dasar manusia.


5. Tipe Demokratik
Pandangan yang dominan tentang tipe kepemimpinan yang demokratik yang dipandang paling ideal. Meskipun tidak ada jaminan bahwa organisasi akan berjalan mulus. Pada umumnya disadari bahwa ada biaya yang harus dipikul oleh organisasi dengan adanya kepemimpinan yang demokratik.
Cirri pemimpin yang demokratik dalam hal pengambilan keputusan tercermin pada tindakannya mengikutsertakan para bawahan dalam seluruh proses pengambilan keputusan. Pemeliharaan hubungan tipe demokratik biasanya memberikan penekanan kuat pada adanya hubungan yang serasi, dalam arti terpeliharanya keseimbangan antara hubunga yang formal dan informal. Seorang pemimpin yang demokratik cenderung memperlakukan para bawahannya sebagai rekan kerja, juga menjaga keseimbangan antara orientasi penyelesaian tugas dan orientasi hubungan yang bersifat relasional.

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Kepemimpinan
Faktor - faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan menurut James AF Stoner yaitu :
• Kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin
• Harapan dan perilaku para atasan
• Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan
• Kebutuhan tugas
• Iklim dan kebijaksanaan organisasi
• Harapan dan perilaku rekan

Bagaimana menjadi pemimpin yang efektif
• Memahami kepemimpinan yang efektif
• Memaksimalkan fleksibilitas dan pilihan
• Menghilangkan kesenjangan persepsi
• Memotivasi staf
• Bertanya secara efektif
• Mendengarkan secara aktif
• Membangun kreativitas
• Memperbaiki kinerja staf
• Membangun sebuah tim
• Bereaksi terhadap perubahan
• Memahami preferensi perubahan diri sendiri
• Menelaah dan merencanakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar